Hari ke-7 bungsuku tidak menampakkan senyum ceria dan
jeritan manjanya saat meminta sesuatu atau menyuruh orang lain mengambilkan
sesuatu. Sebelas bulan yang lalu engkau lahir tepat ditelapak tangan ayahmu,
ketika bidan mengizinkanku tuk membantu secara langsung proses persalinan mu nak! Walau engkau anak ketiga
ku namun rasa suka cita itu tak pernah surut, rasanya begitu luar biasa.
Menjemput generasi baru, menyambut kehidupan mu nak!
Diagnosis awalku mengatakan demamnya disebabkan karena capai
sednag berusaha jalan sendiri dan beberapa kali memang jatuh. Hingga kubawa ke
mbah pijit bayi langganan, namun demamnya tak berkurang. Akhirnya kubawa si
bungsu ke DSA rekomendasi seorang teman.
DSA nya terlihat terburu-buru membuat ku mulai berprasangka ngga enak, namun
tetap saja aku membawa bungsuku amsuk ruang prakteknya. Benar saja, tujuan
utamaku datang ke DSA untuk bertanya, mencari informasi dan mendapat second
opinion gagal.
Si dokter hanya bilang, “ngga papa, tebus saja obatnya!”
kesal saya dibuatnya, tujuan saya datang ke dokter bukanlah menebus obat. Tolong
dicamkan, saya datang ke dokter telah memiliki diagnosis awal, dank e dokter
adalah untuk mendapat advice dan second opinion.
Yang lebih menyesakkan hati adalah isi resep itu merupakan obat-obatan dosis tinggi setelah ku konsultasikan dengan apotekernya. Antibiotic dosis tinggi, penurun panas dosis tinggi dan anti inflamasi. Akhirnya tak satupun obat ku tebus, karena aku tahu apa yg menimpa bungsu ku dari obat-obatan yang diberikan, akhirnya kuputuskan hanya akan memberinya herba dan ASI tentunya. Aku yakin tubuh bungsuku yg tak pernah dimasukin vaksin sedikitpun pasti memiliki imunitas yang lebih tangguh terhadpa serangan bakteri atau virus sekalipun.
hari keenam demamnya sudah berkurang, walau terlihat penurunan berat badannya. Pipinya yg tak lagi gembul, namun sudha mulai terlihat canda tawanya. Menandakan peradangan telah usai tanpa sedikitpun obat kimia yg masuk kedalam tubuhnya. Tak urung hanya dengan madu + propolis dna ASI untuk menggempur serangan bakteri/virus yg menyebabkan radang dan menyebabkan suhu tubuhnya tinggi.
enam hari tanpa obat kimia sangat kusyukuri, tubuh manusia memiliki system penjagaan tubuh yg luar biasa. Kita hanya butuhs abar menghadapis akit dan banyak berdoa. Kini bungsuku telah tersenyumkemablai. Candaan manjanya telah mengisi tiap sudut rumahku. Terima kasih ya Allah.
Yang lebih menyesakkan hati adalah isi resep itu merupakan obat-obatan dosis tinggi setelah ku konsultasikan dengan apotekernya. Antibiotic dosis tinggi, penurun panas dosis tinggi dan anti inflamasi. Akhirnya tak satupun obat ku tebus, karena aku tahu apa yg menimpa bungsu ku dari obat-obatan yang diberikan, akhirnya kuputuskan hanya akan memberinya herba dan ASI tentunya. Aku yakin tubuh bungsuku yg tak pernah dimasukin vaksin sedikitpun pasti memiliki imunitas yang lebih tangguh terhadpa serangan bakteri atau virus sekalipun.
hari keenam demamnya sudah berkurang, walau terlihat penurunan berat badannya. Pipinya yg tak lagi gembul, namun sudha mulai terlihat canda tawanya. Menandakan peradangan telah usai tanpa sedikitpun obat kimia yg masuk kedalam tubuhnya. Tak urung hanya dengan madu + propolis dna ASI untuk menggempur serangan bakteri/virus yg menyebabkan radang dan menyebabkan suhu tubuhnya tinggi.
enam hari tanpa obat kimia sangat kusyukuri, tubuh manusia memiliki system penjagaan tubuh yg luar biasa. Kita hanya butuhs abar menghadapis akit dan banyak berdoa. Kini bungsuku telah tersenyumkemablai. Candaan manjanya telah mengisi tiap sudut rumahku. Terima kasih ya Allah.
cepet sembuh yaa, besok ikut ke lap futsal lagi
BalasHapusmakasih om.... besok rapotan om... jadi ngga bisa ikut ke lapangan futsal
BalasHapusAnak kalau sakit, pasti membuat orang tua panik dan sedih ya? Rasanya tak tega melihat mereka sakit dan lemah spt itu.
BalasHapusSyukurlah sekarang sudah sehat lagi.
makasih bu... mudah mudahan sehat trus. amin... namanya juga anak ya bu..
BalasHapus