Sir Edmund Hillary, bagi para pecinta alam khususnya pendaki gunung harusnya mengenal nama ini. Nama yang begitu fenomenon untuk urusan penaklukan gunung. Pada tahun 1953 dia berhasil menyentuh puncak tertinggi everest. Pegunungan yang menurut orang Nepal tak memiliki puncak karena sangat tingginya, tak ada burung yang dapat terbang diatasnya.
Edmund Hillary ditemani oleh 150 pendaki gunung profesional, 750 pembawa perbekalan dan logistik dan seorang sherpa. Sherpa itu pemandu jalan lah, namun lebih daripada itu sherpa adalah bisa dibilang juru kuncinya pegunungan himalaya. Tapi tugasnya bukan seperti mbah marijan yang penuh klenik. Sherpa ini seorang pemandu jalan yang dibekali wawasan dan pengetahuan tentang kondisi pegunungan extreem, cara berinteraksi dengan alam, seorang survival di lingkungan yang kejam semacam pegunungan himalaya. Diatas pegunungan himalaya mungkin anda lebih membutuhkan seorang sherpa daripada seorang dokter.
Jadi sebenarnya bila googling dan menemukan banyak artikel bahwa Edmun Hillary adalah manusia pertama yang menjejakkan kakinya di puncak everest saya tak sepenuhnya setuju walau kenyataannya begitu. Apa pasal?
Tenzing Norgay namanya, satu-satunya sherpa yang dibawa Edmund Hillary tuk membawanya ke puncak everest. Dialah orang pertama yang seharusnya menjejakkan kakinya di puncak Everest. Namun apa yang terjadi, beberapa meter sebelum menginjakkan kakinya Tenzing Norgay mempersilahkan Edmund Hillary untuk maju duluan dan resmilah bahwa dialah manusia pertama yang menjejakkan kaki diatas puncak Everest.
Kenapa Tenzing Norgay melakukan itu? Padahal dia punya kesempatan untuk menjadi terkenal, Dia punya kesempatan untuk menuliskan namanya dengan tinta emas di sejarah dunia. Dia punya peluang besar untuk menjadi pemenang, untuk menjadi seorang bintang. Dia tidak melakukannya, dia tidak mau mengkhianati perjanjiannya dengan yang mengontraknya hanya sebagai sherpa, dia tak peduli ketenaran dia tak peduli menjadi pahlawan.
“Karena itulah IMPIAN Edmund Hillary, bukan impian saya. Impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih IMPIAN-nya”
Di dunia ini berapa banyak orang tua yang berambisi menjadikan putra-putrinya sebagai bintang? Menjadi pahlawan menjadi pemenang. Mendapat pengakuan tentang keunggulannya dibanding yang lain? Tak dapat terhitung jumlahnya, namun tak pula setiap saat bintang itu bermunculan bersamaan. Para bintang itu berebut posisi yang begitu sedikitnya ditengah ambisi yang membludag tak terkendali. Apakah kita orang tua seperti itu?
Tak ada salahnya juga ketika ku mendidik anak-anakku untuk tidak selalu menjadi bintang, menjadi seperti Tenzing Norgay pun tak mengapa. Menjadi orang-orang yang bertepuk tangan di sepanjang jalan untuk memepersilahkan para bintang berorasi dan berkarya.
Tak pula Tenzing Norgay menyalahi keinginanya, dia tak perlu menyalahi kontraknya sebagai sherpa dia cukup bahagia menjadi pendukung yang tak khianat. Walau di akhir hari hanya ada seorang Reporter yang mendatangi Tenzing Norgay dan mewancarai ceritanya. Dengan tanpa sorot nlitz kamera dan tanda tangan.
bagus banget! tanggungjawab profesi yg harus dicontoh
BalasHapussudah semakin jarang makhluk seperti ini
Hapusdemikianlah DJP mengantarkan bangsa indonesia mencapai mimpinya
BalasHapusMangtabs om squ.... saya malah ga kepikir sampe kesitu
Hapus