Sebuah Proses Yang Terlewati

taekwondo-center.blogspot.com
Di pintu gerbang komplek kami sekarang beralih fungsi, tidak lagi hanya sebatas gerbang masuk komplek. Namun sekarang telah menjadi tempat latihan tae kwon do, beladiri yang berasal dari Korea ini diajarkan oleh salah satu tetangga kami yang memang bergelar sabuk hitam di cabang beladiri Tae kwon do ini. Mungkin selain menularkan olah raga si bapak senseii ini juga berusaha menambah penghasilan dengan membuka kelas untuk anak-anak. Tak ada salahnya kalau anak-anak mendapatkan kegiatan yang bermanfaat dan juga keringat untuk menyalurkan energy berlebihnya. Tae Kwon do menjadi salah satu solusi, namun karena ini baru dirintis dan hanya menerima pendaftaran anak-anak para penghuni komplek jadilah dojo latihannya adalah halaman pintu gerbang komplek kami yang memang dasarnya yang berpafing blok rata dan halus, namun tetap saja itu bukan matras. Toh tae kwon do bukan aliran semacam jiu jit su yang lebih banyak groundingnya.

Tak pelak anak lelaki pun tertarik, setiap lewat pintu gerbang dia duduk sambil menonton teman-teman sebayanya yang berlatih hingga berkeringat-keringat dan berkotor-kotor ria. Namun ketika kutanyakan kepadanya tentang ketertarikannya dia selalu menggeleng. Sepertinya dia tak tertarik dengan bela diri satu ini, atau dia tak suka dengan tempat latihannya, atau dia tak suka dengan sensei nya, atau ada salah satu teman yang tak disukainya sedang berlatih juga, entah…. Dia hanya menggeleng tanpa kutahu sebabnya.

Tanpa mengindahkan ketidak tertarikan anakku melihat latihan itu, setiap minggu pagi dojo dadakan itu selalu buka dan tak pernah berhenti latihan. Hanya saja ada yang membuatku berfikir keras dengan pola latihan yang diterapkan oleh si senseinya. Latihan Tae Kwon do itu berjalan belumlah genap tiga bulan, namun beberapa anak-anak disitu kuperhatikan sudah memiliki sabuk warna-warni. Ada yang hijau ada yang kuning yang apsti putih adalah sabuk kebanggan bagi para pemula. Tiga bulan dan anak-anak ini sudah memiliki tingkatan sabuk yang lebih tinggi dari pemula.

Entah ada perbedaan metodologi di dalam Tae Kwon Do atau tidak bila dibandingkan dengan Karate, yang selalu menjadi buah pikiranku adalah. Dalam tiga bulan apakah tubuh mereka sudah mampu menerima pukulan? Karate adalah satu-satunya beladiri yang dulu kugeluti, walau awalnya hanya mengikuti ajakan seorang teman namun pada prosesnya aku menemukan nilai yang berbeda dalam beladiri. Nilai yang sangat mungkin untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai tentang kehidupan, tentang kasih sayang, tentang pengendalian diri dan yang terakhir tentang kerendahan diri. Hanya saja aku tak mempelajarinya hingga tammat, karena orang tuaku menginginkan diriku lebih mendalami akademis sehingga demi sekolah latihan beladiri kutinggalkan pada tahap Aiobi pada tingkatan Kyu 4. Kini hanya tinggal sisa-sisa otot yang kumiliki bahkan push up 10 kali saja sudah membuat ototku seperti terbakar.

Tujuan latihan awal yang lama pada beladiri adalah untuk membentuk otot, sehingga akan lebih tahan pukul, tahan banting dan lebih mampu menerima setiap pukulan tanpa kerusakan pada bagian dalam. Butuh sekurangnya 6 bulan untuk membentuk tubuh yang atletis, fisik yang prima dan otot yang tahan pukul, sehingga ketika suatu ketika tubuh ini menerima pukulan otot-otot yang terlatih akan melindungi bagian dalam tubuh. Namun dengan tiga bulan apakah mungkin tubuh mungil itu sanggup menerima pukulan? Rasanya kok ya saya sendiri ragu. Dan ini sepertinya tidak hanya terjadi pada Dojo dadakan di depan pintu gerbang komplek kami, dibanyak dojo yang kutemui hampir sama kejadiannya. Anak-anak yang baru bergabung hanya dalam beberapa bulan sudah berganti sabuk/obi. Entah memang ini metode yang lebih modern atau memang para sensei modern ini sudah tak lagi memperhatikan kekuatan tubuh. Bisa jadi dojo-dojo yang berdiri di kalangan masyarakat akhir-akhir ini adalah Dojo yang membentuk atlit beladiri, bukan personal yang mendalami beladiri.

Berlawanan dengan itu perhatikan para siswa IPDN yang digembleng dengan pendidikan semi militer plus tendangan dan pukulan yang tak manusiawi yang akhirnya menimbulkan korban baik yang diekspose atau tidak. Bandingkang dengan pendidikan militer penuh yang lebih sadis dan memang difungsikan untuk membentuk tubuh yang memiliki endurance luar biasa. Hebatnya dengan tingkat penderitaan yang lebih berat pada para tentara dibandingkan dengan siswa IPDN justru hampir tak pernah kita temui pemberitaan yang menyebutkan seorang tentara tewas dalam latihan.

Pembentukan otot di awal proses latihan adalah kunci dalam ketahanan tubuh menerima kondisi yang super berat, bila proses ini tak dijalani siap-siap tubuh akan colaps. Atau menjalaninya dalam waktu singkat, karena proses pembentukan otot ini  bersinergi lurus dengan waktu, semakin lama pembentukan otot dijalankan maka semakin tangguh otot-otot ini akan melindungi organ bagian dalam.

Pembentukan tubuh atau otot-otot dalam proses awal beladiri adalah langkah yang sangat penting untuk menambah kekuatan tubuh, menambah power, menambah kecepatan dan kegesitan. Pembentukan otot tubuh ini laksana iman dalam diri manusia, adalah proses membentuk pondasi dalam mengarungi hidup. Bila pondasi iman ini lemah maka alangkah lemahnya tubuh itu, alangkah lambatnya kehidupan yang akan dilaluinya. Maka kenapa diriku begitu ketat dalam membentuk karakter anak-anakku, semakin lama pembentukan karakter itu maka akan semakin melekat bekas yang ditinggalkannya, semakin berkarat dan akan semakin teringat hingga akhir hidupnya. Karena apabila proses ini terlewati entah akan meniru karakter siapa kelak dia!

6 komentar:

  1. Yang saya tahu, ilmu bela diri ini untuk latihan kuda-kuda saja sampai beberapa pertemuan karena mereka melatih kekuatan tubuh dulu.

    Saya dulu pernah dipaksa ikutan latihan bela diri sama Om saya akan tetapi saya nangis, gak kuat dengan latihan fisiknya, it's not me banget... ha haha

    BalasHapus
  2. Setauku kalo liat di dojo nya Kevin, untuk ban putih aja empat bulan smp delapan bulan, trs ujian. Ujiannya pun bareng2 ngga di situ, tapi bareng2 dgn cabang2 club lain. Pokoknya setahun diselenggarain dua kali ujian.
    Untuk pindah warna sabuk pun butuh dua kali ujian (kuning>kuning strip>hijau>hijau strip> dst)
    Kalo soal menerima pukulan dan tendangan, sejak ban putih memang udah diadu. Kalo udah ban kuning boleh ikut pertandingan (kejuaraan).

    BalasHapus
  3. @Pendar Bintang setiap orang pasti memiliki keunggulannya amsing masing, tak terkecuali dirimu.... hehe

    BalasHapus
  4. @sQu ya itu maksudnya om, kalau kuda-kuda atau endurance ga terlatih ya pas pertandingan kan rontok... hehehe

    BalasHapus
  5. bagus tulisanx pak!,

    sy jg sempat ikut karete tp hny sampai ban kuning dan klo gk salah ingat emank gk 3 bulan tapi lebih dr 3 bulan tuk bs naik ban, itu juga latihannya lumayan keras, di kali/sungai yg deras airx..,

    BalasHapus
  6. @Rohis Facebook terimakasih atas apresiasinya mas... sekarang masih lanjut ke dojo ga?

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.