Kaki-kaki tak bersepatu

Euforia kemenangan Indonesia atas Malaysia masih terasa membuncah di dada, kemenangan berarti setelah selama ini kepercayaan diri yang merosot dari rentetan pertandingan yang hampir tidak pernah memuaskan penggila bola.

Bola itu bundar kawan, Indonesia itu kampung sepakbola. Tidaklah bisa ditemui sebuah tanah lapang tanpa pernah disinggahi bola diatasnya. Menderumkan rem disebelah tanah berdebu dimana anak-anak kecil ceria memelintir mengkip dan menjugling bola, bukanlah hal baru bagiku.

Membuka alas kaki dan ikut menghirup debu yang berterbangan, mencucurkan keringat dan bertelanjang kaki menendang bola-bola lusuh ke gawang bamboo yang diikat tali raffia, seakan aroma persaingan di stadion-stadion besar tercipta disini.

Lincah anak-anak ini mendribling bola, memainkan diantara kaki, menyundul mendelaynya dengan dada dan paha. Ku berdecak kagum, bakat-bakat ini sangat jarang sekali ditemukan di belahan bumi manapun. Kelincahan dan keluwesan menyatu dengan gerakan dan arah plintiran bola.

Tak heran bila Penarol menciduk bakat-bakat ini dan memendam ingin yang luar biasa tuk segera menggunakan jasanya. The Sociedad Anonima Deportiva of Indonesia yang memang menjadi kebanggan masyarakat Indonesia bisa jadi adalah penentu dan penerus euphoria ini.

Kaki-kaki kecil tak bersepatu menggocek dan mendribling bola dengan luwes tinggal menunggu polesan seniman-seniman lapangan hijau hingga kelak akan mampu mengenakan seragam kebesaran garuda tuk membela hegemoni Indonesia di pentas yang lebih tinggi.
Ini bukan isapan jempol atau mimpi yang maya, ini cita-cita dan luapan emosi sebuah semangat yang tak harus padam walau apapun rintngan yang mendera.

Tanyakan rasa memiliki kepada pencetak gol ke-2 di gawang Malaysia di pertandingan AFF 2010, tanyakan arti bangga kepada pencetak gol ke-5 di gawang Malaysia di pertandingan AFF 2010. Mereka tak perlu mendekripsikannya karena wajah mereka terpancar dalam yell-yell dan sorakan beribu pasang mata yang memberikan semangat sepanjang menit dalam pertandingan tersebut.

Tanyakan jalan terjal menuju ke sebuah perhelatan akbar itu kepada anak-anak kecil tak beralas kaki yang menendang bola dengan hirupan debu tadi, tanyakan arti semangat kepada anak-anak itu. Karena ku yakin kekalahan sudah diderita oleh para pesimis yang menatap hari esok sambil memejamkan mata.

Tepat pukul 19.40 WIBB salah satu stasiun TV swasta menayangkan secara live pertandingan yang akan mengawali tertulisnya sejarah Negara ini apakah akan menjadi awal perubahan atau tetap menjadi unggulan diantara yang buruk.

Saya yakin kaki-kaki tak bersepatu tadi menyaksikan dengan penuh harap sebuah kemenangan akan tercipta. Mendadak tergetar ketika merah putih berkibar dibarengi bahana national anthem yang serentak dikumandangkan, komat-kamit warga keturunan pun menunjukkan betapa Negara Ini patut jaya. Dan mereka bangga dengan tulisan bhinneka tunggal ika didada.

Dalam bait terakhir anthem itu, tak ada lagi warga keturunan. Status mereka adalah Garuda kebanggaan seluruh warga Negara, tak peduli seperti apa cashing yang mereka tampilkan. Tak diragukan lagi apa yang ada di dalam hati mereka.

Bahana national anthem itu pun sudah cukup untuk menggetarkan 22 pemain dan kaki-kaki tak bersepatu untuk mencitra luapan emosi yang ada dilapangan.

Hal yang sama kulakukan kembali, ku senderkan motorku kuhampiri lapangan berdebu itu dan kukucurkan kerinta bersama kaki-kaki tak bersepatu dan mulai menendang bola sambil menghirup debu yang sama dengan kaki-kaki tak bersepatu itu.

“tim kita hebat ya om, aku pingin kayak krisgo, aku pingin nggantiin irfan…”

Semoga tak ada satupun dari kaki-kaki tak bersepatu ini yang akan mengklaim own goal defender lawan….

2 komentar:

  1. perjalanan masih panjang untuk meraih prestasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. selama mafia masih berkuasa, tak kelihatan ujung perjuangannya

      Hapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.