Kata itu begitu indah terucap, IBU

Wanita perkasaku kini terbaring lemah (15 September 2006)

Tak sengaja menangkap judul sebuah artikel dari blog opick ‘Sekeping hati untuk Bunda’. Sebuah kalimat pendek yang akhir-akhir ini sering membuat perhatianku tak urung langsung teralihkan. Yah…kata atau kalimat yang didalamnya ada penggalan bunda, ibunda, ibu,emak, mamak atau yang berartian sama. Kata yang akan langsung mengantarkan memory ingatanku ke sosok lemah yang kini terbaring tak berdaya diatas pembaringan didalam kamar dibagian rumah kebanggan kami.

Ibu yang kukenal dulu adalah seorang sosok yang tegar, tahan banting bahkan aku dulu menjulukinya ‘wanita perkasaku’ kini sedang bergumul dengan sakitnya. Sakit yang tak kami duga kedatangannya, sakit yang telah ditetapkan Allah atasnya. Wanita perkasaku kini berada dalam pembaringan, mencoba melawan sakitnya dengan desahan nafas penuh kesabaran, walau kadang kulihat sedikit air mata mengalir dari pipi keriputnya. Jemarinya yang pecah-pecah mencerminkan tanggung jawabnya akan kami namun begitu lembut ketika menyentuh kulit kami, kini terasa keriput dan kekuningan menandakan sudah tinggal sedikit kekuatannya tuk bertahan.

Ketika tangisku pecah memandang penderitaannya, hanya sedikit yang mampu diucapkannya, ‘Tolong jangan menangis’ ucapnya lirih. Semakin menjadi tangisku saat ucapan itu keluar dari sisa tenaganya. Diletakkannya tangannya diatas kepalaku, namun tak sanggup lagi kiranya kalimat berikutnya tuk dikeluarkannya. Senyumnya menyungging ketika ditatapnya cucunya, cucu pertamanya yang baru sempat disentuhnya, belum sempat digendong dan dicumbunya. Diciuminya cucu yang juga putrid pertamaku dan dibisikinya yang lirih terdengar,’jadilah wanita kuat untuk keluargamu’ pesannya.

Baru setengah Tahun yang lalu tumor itu diketahui, setelah menggerogoti tubuh ibuku tanpa diketahui. Karena memang letaknya didalam ususnya. Sehingga saat gumpalan sel yang tak stabil itu mulai menutupi jalannya makanan dan mengganggu sitem percernaan tubuh ibu baru gejala mulai nampak. Dan kemudian dokter memvonis harus operasi untuk mengangkat tumor itu.

Apakah masalah selesai setelah tumor itu diangkat? Ternyata tidak. Masalah yang lebih pelik mulai muncul, ternyata operasi itu membuka pintu baru untuk beberapa masalah yang muncul, mulai dari penolakan tubuh atas terapi kemo, hingga gangguan lambung dan kerja usus yang tak optimal lagi. Sehingga membuat penderitaan ibu semakin hebat. Namun kami hanya bisa pasrah dan tawakkal. Dokter sudah bekerja semaksimal mungkin. Manusia boleh berusaha namun Allahlah penentunya. Wanita perkasaku kini terbaring lemah diranjang, tanpa tenaga tanpa keriangan yang dulu selalu menghiasai hari-hari kami. Ada yang hilang dalam hidup keluarga kami. Tempat kami menumpahkan keluh kesah kami, Tempat kami memuji kelezatan masakan yg kami makan, tempat kami mencari cermin ketika jiwa kami mulai lelah. Ibu…..

Kini anakmu yang dulu selalu kau andalkan telah jauh dari sisimu, 2 minggu yang kulewatkan bersamamu dalam sakitmu adalah waktu paling berharga dalam hidupku karena diwaktu itulah kutahu aku bisa membalas sedikit penat dan lelahmu membesarkan putramu, walau penat dan lelah yang kurasakan tidak sebanding dengan pengorbananmu selama 19 tahun yang kau curahkan tuk menjadikanku seperti sekarang ini.Ibu titikan airmata penderitaanmu kini akan menjadi sebentuk kristal pengabdianku untukmu.

Ibu…..tidakkah engkau ingin melihat lucunya cucumu?
Ibu…..telah kubangunkan istana untukmu disisiku..tidakkah engkau ingin melihatnya?
Ibu……bahkan adik terkecilku pun belum penuh mendapatkan kasih sayangmu
Ibu …..aku minta berjuanglah untuk kami.

Dari sekian banyak permintaan kami, ibu…..tolong kabulkan lah yang ini…bersediakah ibu berjuang demi kami? Sehingga dapat kulihat lagi senyuman dibibirmu..karena tak kan indah mentari pagi kami tanpa senyummu.

Ya Allah….kalaulah ini ujian berilah kesabaran dan ketabahan kepada ibuku untuk melawan sakitnya.
Ya Allah….Kalaulah ini peringatan ampunilah kami ya Allah
Ya Allah….tiada daya, tiada kekuatan melainkan dariMU.


~~
Wanita yang perkasa (17 September 2006)

Ibu……
Anakmu kini akan menemuimu
Memenuhi panggilanmu
Saat rindu sudah begitu besar
Rasanya tak sanggup lagi tuk bersabar

Ibu……..
Darah yang mengalir ditubuh ini bergolak
Ketika tahu engkau sedang meradang menahan sesak
Darahmu ini merasakan deritamu
Sudah seharusnya kutatap wajahmu
Dan kudekap semua sakitmu
Sehingga tak akan ada lagi rintihan

Ibu……
Kau besarkan aku dengan airmata dan darah
Kini kan kuhapus airmata itu dengan baktiku
Dan kan kutebus darah itu dengan pengorbananku diatas semua manusia dibumi ini
Walau pun itu tidaklah ada secuil
Untuk airmata dan darahmu
Tapi itulah kesanggupan buah hatimu ini…
Ibu……….
Anandamu kini sudah kau jadikan manusia pilihan
Saat tiada lagi pilihan didunia ini
Karena jalan yang kau berikan adalah ketetapan
Sepasti jalanku keluar dari rahimmu dulu.

Ibu……..
Orang bilang kasihmu sepanjang jalan
Dan sayangku hanya sepanjang penggalah
Memang seperti itulah ada nya
Namun percayalah bundaku sayang
Panjang penggalah ini adalah sepanjang umurku.

Ibuku saying….
Sebentar lagi anandamu pulang
Kan kubiarkan hatimu menatap putramu ini
Ibuku sayang.....
Saat kembaliku nanti
Pastikan anandamu ini masih bisa menatap senyummu
Ibuku sayang…..


~~
Rintik hujan itu datang tiba-tiba (18 September 2006)

Senin pagi itu kumulai hari dengan begitu cerah secerah terpaan mentari hangat di balik semu awan putih, Namun dibalik cerahnya pagi itu tersembunyi rapat dalam relung hati kepedihan ketika melihat penderitaan orang yang paling kusayangi diatas ranjang sakitnya. Subhanallah….1 bulan yg lalu ketika kukunjungi ibu, masih dalam keadaan segar walau ada bekas operasi pengangkatan tumor di bagian tubuhnya. Namun ketika melihat ku dan cucunya rasanya tiada terpancar penampakan orang sakit diwajahnya. Yang ada adalah senyum ceria, gelak tawa dan ucapannya yang lembut namun begitu membekas dalam hati.

Dan sekarang ibu tak ada lagi disisiku, Tiada lagi sosok wanita perkasa dalam hidupku. Tokoh panutanku dalam hidupku, mentor setiaku dalam membesarkan anakku. Murobbi terhebatku dalam mengarungi lika-liku iman dalam hati.Dan guru paling faham akan keinginan-keinginkaku. Tiada lagi sosok itu yang akan kutelpon dimalam hari tuk kumintai sekedar pendapatnya, atau untuk meminta nasehat bagaimana meluluhkan sifat manja istriku.

Disenin pagi itu ketika kuterduduk dengan teh hangat di kantin belakang kantorku, dikejutkan oleh deringan Hand Phone yang tak biasanya sepagi ini ada telpon dari keluarga di malang.Sehingga dengan sedikit perasaan khawatir kuangkat dan suara pertama yang kudengar adalah tangisan. Semakin gundah hatiku dibuatnya, dan ketika kabar itu sampai di gendang telinga barulah hati ini merasa berdegup semakin kencang dan darah terasa begitu cepat terkesiap kekepala.

Ibu akan dikuburkan jam 3 sore, kala itu jam 9 pagi kugesah seluruh tenaga dan kemampuan tuk bisa hadir sebelum jam 3, namun apa bisa dikata, menyemayamkan jenazah lebih cepat lebih baik, dan prinsip itu bertentangan dengan kondisi lalu lintas, baik udara maupun darat. Sehingga jam 5 baru kusampai ditempat tujuan. Tak sempat lagi kumasuk kedalam rumah langsung kususul ibu ke makamnya, kuterduduk disebelah nisannya dan diatas gundukan yang masih basah dan wangi oleh bunga. Tak ada kata yang keluar dari dalam mulut karena memang tiada kalimat yang harus kuucapkan selain do`a. Tak ada air mata yang mengalir deras karena memang pesan terakhir yang ditinggalkannya untukku adalah “ojo nangis le”. Disebelahku adikku laki-laki menungguiku, kemudian kuberdiri dan kushalatkan ibuku dengan shalat ghaib karena tidak memungkinkan lagi tuk shalat jenazah di pemakamannya. Kemudian adik bungsuku menyusulku dan menumpahkan seluruh kepedihannya ditangkupan dadaku, tidak seperti adik tertua yang bungsu ini memang masih kecil satu-satunya adik perempuan yang kumiliki wajar bila pedihnya amat sangat ditinggalkan sosok ibu dalam usia yang masih belum dewasa untuk mengerti apa yang terjadi.yang dia tahu hanya dia tak akan pernah melihat ibunya lagi.Apalagi belaian mesra, ajaran lembutnya, atau pujian sayangnya.

Sekembaliku dari makam ayah sudah menunggu disertai sanak saudara dan tetangga yang turut berduka cita. Kulihat ketegaran diwajah ayah, walau sesekali ada titikan airmata disela-sela kelopak matanya yang mulai keriput dan menghitam.Kupandangi sosok yang mulai melemah kondisinya didepanku itu, kucium tangannya dan akupun dirangkulnya seakan tak akan dilepaskannya lagi.Begitu lama sehingga airmatanya tak lagi terbendung.

Malam ketiga dirumah tempat kudibesarkan kulewati dengan menghibur diri dan adik-adikku, kuturuti semua keinginannya, kubelikan semua yang dimintanya. Agar supaya kenangan akan ibu akan sedikit terlupakan.Sehingga ketika ku akan kembali ke rumahku dilampung masih berat rasanya mereka melepasku, karena kini akulah pengganti sosok ibu bagi adik-adikku. Karena akulah yang menghabiskan masa terlama bersama ibu. Sehingga ilmu dari beliau akulah yang paling banyak menyerapnya.

Dengan menyisakan perasaan sedih kutinggalkan keluargaku yang sebenarnya masih membutuhkanku, karena didalam keluarga akulah yang paling tegas, mewarisi ketegasan ibu dalam mengambil setiap keputusan, karena ragu-ragu akan celaka pada akhirnya.Dibalik senyumanku ada terbersit pedih ketika ku bertemu sesama sanak saudara maupun kerabat dan handai tolan.Sosok ibu yang kini meninggalkan warisan 3 putranya dengan kesabaran dan kelembutannya tak akan pernah hilang karena bagiku tidak akan pernah ada sosok ibu pengganti atau mantan ibu, selamanya ibu adalah sosok terindah dalam kehidupan manusia.

Allahummaghfirlaha warhamha wa aafiha wa`fuanha…..Ya Allah Engkau Maha Pengampun, maka ampunilah segala dosa dan kesalahan ibuku, Ya Allah Engkau Maha Pemaaf maka maafkanlah kekhilafan dan ketidak tahuan ibuku. Ya Allah Jadikanlah tempat beristirahatnya sekarang menjadi taman surga baginya. Ya Allah, jadikan kami putra-putrinya menjadi shaleh dan shaleha sehingga sanggup menjadi penyambung amalnya. Ya Allah matikanlah ibuku bersama para syuhada dan orang baik-baik. Sehingga mendapatkan tempat terindah disisiMU disurgaMU. Allahummagh firli waali waalidayya warhamhuma kamaa robbayani soghiiroh.Amiin.

~~
Hari ini Ulang Tahun Ibu (07 Desember 2009)

Puji Syukur pada-Mu Ya Allah, hari ini ibundaku telah genap berusia 51 tahun, seandainya beliau masih ada disisiku. Suatu masa yang panjang dan berarti bukan hanya baginya dalam menjalani hidup, tapi merupakan tetes-tetes perjuangan yang terajut menjadi kesuksesan empat putra-putrinya.

Ibuku bukan seorang sarjana, bukan pula seorang cendekia. Ibuku lahir dari sebuah keluarga biasa, tapi ibuku terlahir dengan semangat yang luar biasa.

Tiga tahun berlalu, sudah dua kali ulang tahun ibuku, aku tak bisa mencium pipinya. Di sela-sela waktuku bekerja, kutemukan bait-bait puisi dari relung hati yang mewakili perasaanku untuk ibu. Pagi ini, didalam sebuah kartu ucapan merah jambu, kuselipkan puisi itu dan kukirimkan dengan harapan akan di saat ulang tahun ibuku. Hanya dengan do’a kupanjatkan kepada Allah, agar dengan ridho-Nya ibu mau menyentuh dan membacanya, sayang ini hanya sebatas tulisan pun belum pernah ada perangko yang bisa mengantarkannya menembus surga.


Ibunda...
Di tirai pagi kubersandar pada dinding kesedihan
Di senandung alam kuberbaring pada rajutan kerinduan

Ibunda...
Telah jauh jarak antara kutub-kutub tubuh kita
Membentang kerinduan didalam anak-anak sungai diujung mata kita

Ibunda...
Coba kukumpulkan keindahan dunia untuk ganti hadirmu
Coba kupilah yang terbaik untuk isi kerinduanku

Tapi bunda...
Dunia takkan mampu menggantikanmu
Pilahan yang terbaik takkan lagi coba kuisi dalam rinduku

Dunia... ah apalah arti dunia ketika surgapun ditelapak kakimu
Menopang segala yang ada ditubuh, hati dan luangan kasih sayangmu
Hingga begitu indah setiap detik dalam rahimmu
Hingga begitu indah setiap detik dalam gendonganmu
Hingga begitu indah setiap detik dalam pangkuanmu
Hingga derita kau rasa indah demi anandamu

Lalu... kenapa hanya rindu yang ananda punya untuk ibunda

Tidak bunda...
Rindu ini hadir dalam Doa anandamu
Agar surga selalu hadir untukmu
Bukan hanya ditelapak kakimu

Ya Allah, Engkau Maha Tahu apa yang ada di dalam dada hamba, betapa hamba mencintai dan menyayangi ibu hamba.
Amien.

Mother You are the one and only.

3 komentar:

  1. Innalillaah, Semga Allah melapangkan tempatnya di akhirat dan mengampuni dosa-dosanya,.... amin.

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.